Riset itu membuktikan, konsumsi 3 kali 1 sendok makan lokon-sebutan sarang semut di Wamena-per hari masih sangat aman. Soal keamanan juga ditindaklanjuti Ahkam melalui uji toksisitas kronis. Satwa pengerat kembali menjadi kelinci percobaan. Mereka dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing terdiri atas 5 jantan dan 5 betina. Kelompok A diberi 1.500 mikroliter; kelompok B, 3.000 mikroliter ekstrak air sarang semut.
Meski dosis ditingkatkan hingga 400 kali, 3 pekan berselang tak seekor Mus cervicolor pun meregang nyawa. Anggota bangsa Rodentia itu sehat walafiat. Itulah sebabnya uji toksisitas akhirnya dihentikan. LD50 (lethal dosage, dosis mematikan, red) tak ditemukan. Jadi rupanya dengan konsentrasi 400 kali belum cukup toksik untuk mematikan. Itu berita bagus, walau kita mungkin harus cari sampai dosis ditingkatkan 1.000 kali. Namun, dosis itu kan sudah keterlaluan, ngga mungkin orang konsumsi sampai satu kilo, ujar ahli peneliti utama LIPI itu.
Ahkam menyimpulkan, angka LD50 sarang semut amat tinggi sehingga keamanan konsumen terlindungi. Menurut Prof Dr Sumali kriteria obat yang bagus jika dosis efektif berjauhan dengan LD50. Harap mafhum, konsumsi herbal umumnya tanpa pengawasan dokter. Makin tinggi hasil toksisitasnya makin bagus sebagai obat, kata Sumali. Bandingkan dengan kemoterapi, misalnya, yang dosis mematikannya hanya 10 kali, sementara sarang semut, dosis hingga 400 kali pun belum terjadi kematian.
Dengan temuan riset itu keselamatan konsumen sarang semut memang terjaga. Selain itu konsumen juga mempunyai banyak pilihan obat untuk menanggulangi gempuran beragam penyakit. Sekadar menyebut contoh ada minyak buah merah, virgin coconut oil alias minyak kelapa murni, dan sarang semut. Konsumen tak perlu pening memilih penyembuh. Sebab, masing-masing mempunyai pemanfaatan berbeda.
Riset ilmiah yang dilakukan berbagai pihak memang baru langkah awal untuk menyibak misteri sarang semut. Sehendep-sebutan sarang semut di suku Yali-mesti melewati beragam uji lain seperti uji in vivo dan uji klinis untuk membuktikan keampuhannya sebagai panasea alias obat beragam penyakit. Uji in vitro saja belum cukup lantaran, Uji in vitro belum menjamin keberhasilan in vivo. Banyak faktor seperti hormon dan mekanisme kerja tubuh lain yang berpengaruh, ujar Japaries.
(Sardi Duryatmo/Peliput: Dian Adijaya, Imam Wiguna, Syalita Fawnia, & Vina Fitriani)
Responses
0 Respones to "Sarang Semut Aman Menurut Medis"
Posting Komentar